Nama : M. Faikar Fasya (202146500737)
Fira Kania Pangestu (202146500719)
ABSTRAK
Fashion (pakaian/busana) merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan kita. Pakaian tidak hanya digunakan untuk menutupi dan melindungi tubuh, tetapi juga digunakan secara konotasi untuk mengkomunikasikan suatu konsep (pandangan). Di era sekarang masyarakt dapat menunjukkan bahwa fashion digunakan sebagai media komunikasi, serta bisa lebih mengekspresikan diri melalui fashion yang digunakan.
Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan dan perkembangan dunia fashion yang sangat maju dan pesat. Berawal dari fashion show yang pertama kalinya di adakan di negara Korea Selatan yaitu pada tahun 1945, tetapi sejak saat itu hingga masuk tahun 1970 an ternyata fashion Korea Selatan masih belum memiliki perkembangan. Karena memang masyarakat dan budaya Korea Selatan pada waktu itu sangat menganggap bahwa dunia fashion adalah bagian dari dunia yang berhubungan dengan suatu kemewahan dan pemborosan, maka pada waktu itu masyarakat Korea Selatan memang lebih fokus terhadap perkembangan di bidang perekonomian. Barulah sekitan tahun 1990 an masyarakat Korea Selatan mulai mengikuti trend negara Barat yang pada saat itu menyenangi pakaian dari jeans yang berpadu dengan jaket denim. Dan di tahun 2000 an barulah mereka memadukan gaya fashion nuansa futuristik yang glamour. Dan pada akhirnya di tahun 2010 merupakan tahun kebebasan fashion, pasalnya kini hampir setiap fashion yang ada di Korea Selatan menjadi trend di seluruh dunia, mungkin salah satu fashion paling popular dan trend saat ini adalah model busana pria dan wanita Korea Selatan yaitu gaya casual street style.
Penelitian ini bertujuan untuk menyimpulkan bahwa fashion Korea Selatan yang ada saai ini memiliki perjalanan yang sangat Panjang, hingga akhirnya dunia bisa mengakui bahwa kini negara Korea Selatan menjadi rumah bagi banyak perancang busana berbakat yang telah mendapatkan reputasi internasional. Penelitian ini menggunakan teori Semiotika Charles Sanders Pierce, serta menggunakan metode deskripif kualitatif.
Kata Kunci : Fashion, Korea Selatan, Semiotika, Charles Sanders Pierce, Korean wave.
1. PENDAHULUAN
Kesuksesan Korea Selatan dalam mendapatkan atensi publik memang harus diakui, terutama dalam hal budayanya yang unik dan beragam yang berkembang pesat dan meluas secara global. Fenomena ini dikenal dengan sebutan “Korean Wave” atau Hallyu. Hal ini tidak lepas dari peran teknologi informasi yang massif menjadi salah satu faktor kenapa Korean Wave begitu cepat mendapatkan atensi publik. Fenomena Korean Wave saat ini yang mendominasi adalah kaum remaja wanita dan pria, dimana mereka cenderung menggandrungi para idola lewat gaya yang ditampilkan para idolnya seperti hal berpakaian yang dikenakan, gaya rambut, make-up, sampai hal pernak-pernik yang dikenakan oleh idol mereka. Karena Korean Wave identic dengan dunia hiburan seperti musik (K-Pop), drama (K-Drama), dan Variety shows yang dikemas semenarik mungkin dan menampilkan budaya-budaya Korea sehingga para remaja di Indonesia atau bahkan diseleruh dunia dapat menjumpai hal-hal tersebut.
Kesuksesan Korea Selatan dalam fenomena Korean Wave ini membuat semakin mudahnya kita untuk mengakses tontonan drama-drama Korea atau acara-acara lain yang ditayangkan melalui aplikasi berbayar, gratis, hingga bisa melalui link-link download yang disediakan beberapa web. Hal ini menyebabkan Hallyu atau Korean Wave berkembang dengan sangat pesat, maka dari itu sekarang banyak remaja wanita dan pria yang terdoktrin terkena fenomena Korean Wave dimana mereka menggandrungi para idolnya lewat gaya yang ditampilkan para idolnya seperti hal pakaian yang dikenakan, gaya rambut, pernak-pernik yang digunakan, make-up, bahakan skin care yang digunakan idonya. Semakin suksesnya Korea dalam fenomena Korean Wave di berbagai belakan dunia, selera fashion Korea Selatan juga cukup menarik peminat. Terbukti dengan banyaknya fans yang mengikuti gaya busana sang Idola saat tampil di atas panggung. Karna saat ini fashion sudah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap orang di dunia, bahkan fashion sekarang sudah disebut sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi. Apa yang dipakai oleh seseorang merupakan gambaran dari jati diri mereka sendiri. Karna pada umumnya fashion dapat mencerminkan sisi kepribadian seseorang, dimana dengan gaya berpakaian atau fashion seseorang dapat mengekspresikan diri sendiri. Selain sebagai ungkapan diri, fashion yang dipilih pun juga disesuaikan dengan tingkat kenyamanan dan dapat menambah kepercayaan diri bagi pemakainya. Dunia fashion pun mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama fashion Korea yang telah mempengaruhi model-model pakaian, gaya rambut, sepatu, hingga make up di Indonesia dan di seluruh dunia. Karna menurut para remaja fashion Korea memiliki daya tariknya sendiri yang identik dengan warna pakaian yang cerah dan mudah untuk dipadu padakan dengan warna kulit orang Asia.
2. METODE PENELITIAN
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan jurnal ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yang menggunakan data-data kualitatif (metode yang dugunakan cenderung berupa analisis terhadap suatu objek). Setelah semua data yang di analisis akan di simpulkan bahwa terdapat tanda semiotika dari objek yang di analisis yaitu Perkembangan Fashion Korea Selatan dan Fenomena Korean Wave. Pada penelitian ini juga melakukan teknik Observasi, dimana penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan pada fashion di lingkungan sekitar. Dan peneliti mencari beberapa data dari berbagai sumber yang ada seperti web, jurnal dan artikel, kemudian dari data tersebut akan dikaji untuk makna yang terkandung dan akan dikaitkkan dengan teori semiotika Charles Sanders Pierce.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tanda (sign) teori Charles Sanders Pierce
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce untuk mengkaji atau menghubungkan konteks yang di bawa yaitu berupa perkembangan fashion Korea Selatan dan fenomena Korean Wave, karna pada dasarnya teori semiotika Charles Sanders Pierce merupakan suatu tanda (sign), acuan tanda (object) dan penggunaan tanda (interpretant) yang ada pada kehidupan sehari-hari atau pada lingkungan sekitar.
Tanda (sign) merupakan konsep utama yang akan dijadikan bahan analisis, secara sederhananya cenderung berbentuk visual atau berupa fisik yang bisa ditangkap manusia. Sedangkan acuan tanda (object) merupakan konteks sosial yang implementasinya dijadikan sebagai aspek suatu pemaknaan. Dan penggunaan tanda (interpretant) berupa konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan memberikan makna terhadap objek yang dirujuk sebuah tanda. Maka dari itu peneliti menggunakan teori Charles Sanders Pierce agar seseorang bisa paham dan menegerti dengan tiga hal tersebut yang tidak luput dari objek dan kehidupan sehari-hari.
3.2 Hasil Analisis
Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan meriset data dan melakukan observasi pada lingkungan sekitar, fashion Korea Selatan pertama kali mengalami perubahan pada akhir 1800-an akibat jalinan pengaruh barat. Sebelum saat itu, selama periode Joseon (1392-1897) hanbok Korea adalah pilihan mode yang menjadi ciri khas fashion, berikut perjalanan atau perkembangan fashion Korea Selatan.
Fashion Korea era 1800-an
Hanbok pada masa dinasti Joseon digunakan sebagai pakaian sehari-hari, serta acara pernikahan dan acara penting lainnya. Pada waktu itu para gadis mengenakan rok atau chima merah dan baju atau jeogori kuning. Warna-warna yang semarak memang meninjolkan keunikan dan dimaksudkan untuk menghalangi roh jahat. Setelan hanbok pada saat itu tampak nyaman karena lebar dan leluasa serta menampilakn keindahan dan keunikan tersendiri.
Lalu pada saat masa akhir dinasti Joseon baju atau jeogori dari hanbok secara perlahan berubah menjadi ketat dan diperpendek, lalu model rok atau chima dibuat panjang. Selain itu, ditambah pula heoritti atau heorimari yang dibuat dari kain linen dan berfungsi sebagai korset karna sangat pendeknya jeogori. Selama periode ini, riasan juga dibuat dari bahan-bahan alami dan sederhana secara tradisional. Namun pada akhir 1800-an dengan kedatangan orang barat dan pengaruh Jepang, fashion dan tata rias Korea mulai kehilangan gaya serta elemen tradisionalnya.
Fashion Korea era 1920-an
Pada masa evolusi gaya ini mencoba meninggalkan gaya tradisional. Dimana para pria tampil dengan mengenakan jas, dan wanita dengan gaya rambut barunya seperti model gaya rambut ‘Gibson Girl’. Gaya ‘Flapper’ Barat juga masuk ke mode selama tahun 1920-an yang mengadopsi gaya label ‘Wanita Baru’. Perubahan mode dating seiring dengan perubahan gaya hidup sosial dan pekerjaan. Dengan munculnya gaya-gaya baru, muncul pula pekerjaan baru bagi perempuan sebagai operator telepon dan pekerja pabrik.
Fashion Korea era 1950-an
setelah perang Korea, gerakan kontemporer dalam mode mendapatkan momentum pada tahun 1950-an dengan gaya rambut yang lebih baru seperti model rambur berkerut, serta munculnya popularitas pakaian renang serta pilihan riasan yang lebih cerah yang dipengaruhi oleh Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1954, International Western Clothing Copany dibuka di Seoul dan memberikan Pendidikan model pertama di Korea Selatan, sejak saat itu Korea mulai memproduksi pakaian mereka sendiri dan fashion Korea mulai berkembang pesat.
Fashion Korea era 2000-an hingga kini
Pada awal tahun 2000-an fashion Korea Selatan masih memadukan nuansa futuristik, hingga akhirnya mulai mengenal gaya berpakaian indie yang cenderung memadukan segala jenis pakaian seperti celana jeans yang ketat, celana pendek, kaos ketat berbentuk V-neck, sweater, sepatu canvas dengan beraneka warna menjadi salah satu style favorit pada tahun itu. Lalu dengan perkebangan yang mulai pesat fashion Korea pun mulai memiliki selera casual street style, dimana ini merupakan fashion paling popular dan trend saat ini untuk selalu ditiru banyak kalangan remaja. Karna ini adalah gaya fashion yang sangat sederhana, hanya dengan memadukan atasan kaos, sweater, jumpsuit panjang dengan jeans dan celana ketat sudah menjadi gaya casual elegan dan terlihat santai dan simple. Bahkan fashion ini kerap digunakan oleh pria dan wanita Korea untuk bekerja di kantor.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce ditemukan banyak data yang menunjukkan bahwa perkembangan fashion Korea Selatan memiliki berbagai macam tampilan yang berbeda disetiap era-nya. Hal itu menunjukkan bahwa fashion Korea Selatan memiliki perkembangan yang pesat, dari sini kita bisa menilai bahwa dunia fashion merupakan salah satu bagian yang sudah melekat pada diri kita. Pada pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce yang memiliki tiga unsur didalamnya yaitu sign, object, dan interpretant fashion atau pakaian merupakan salah satu wujud nyata dari tanda (sign) yang ada di kehidupan sehari-hari.
REFERENSI
REVIEW 20 JURNAL
1. Jurnal I
Judul : Konstruksi Nilai-nilai Nasionalime dalam Lirik Lagu (Analisis Semiotika Ferdinand
De Saussure pada Lirik Lagu "Bendera")
Object : Lagu "Bendera"
Metode : Metode Kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dalam penelitian yang menggunakan teori Ferdinand de Saussure lagu juga dapat
menjadi sebuah wadah untuk menuangkan nilai-nilai nasionalisme, karna musik
merukapan bentuk penyampain pesan kepada masyarakat luas.
2. Jurnal II
Judul : Analisis Poster Video Klip 'LATHI' : KAJIAN SEMIOTIKA FERDINAND DE
SAUSSURE.
Object : Poster video klip 'LATHI'
Metode : Metode deskriptif kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : kesimpulan yang dapat diambil pada hasil penelitian ini menyampaikan sebuah
pesan atau makna menenai toxic relationship yang terjadi di sebuah hubungan per-
cintaan.
3. Jurnal III
Judul : Interpretasi semiotika Ferdinand de Saussure dalam hadis Liwa dan Rayah
Object : Hadis Liwa dan Rayah
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa bendera liwa dan rayah memang merupakan bendera
yang digunakan oleh rasulullah pada saat itu. tetapi bendera yang digunakan
tidak bertuliskan tauhid dan tidak mempunyai ideologi khalifah, sehingga pada
saat bendera tersebut digunakan oleh organisasi Hizbut Tahrir Indonesia tidak
sedikit masyarakat Indonesia mengeklaim bahwa itu merupakan bendera yang
tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila.
4. Jurnal IV
Judul : Konstruksi Nilai Romantisme Dalam Lirik Lagu (ANALISIS SEMIOTIKA
FERDINAND DE SAUSSURE PADA LIRIK LAGU 'MENULIS SENJA')
Object : Lirik lagu 'Menulis Senja'
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinan de Saussure
Kesimpulan : Dapat disimpulakn dari hasil penelitian bahwa lirik lagu 'Melukis Senja' berkaitan
dengan romantisme pasangan disuatu hubungan yang sedang jatuh cinta.
5. Jurnal V
Judul : ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE PADA IKLAN ROKOK
CLASS MILD TAHUN 2013 DI YOUTUBE
Object : Iklan rokok class mild
Metode : Metode kualitatif deskriptif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Iklan rokok merupakan iklan yang unik dan kreatif, karna didalam iklan tersebut
produsen tidak menujukkan secara terang-terangan produk mereka. sehingga dalam
pembuatan iklan ini dibutuhkan kreatifitas yang cukup tinggi.
6. Jurnal VI
Judul : PETANDA PADA CERPEN ANAK "KE HUTAN" KARYA YOSEP RUSTANDI
PENDEKATAN SEMIOTIK : FERDINAND DE SAUSSURE
Object : Cerpen anak "Ke Hutan"
Metode : Metode deskriptif kualitatif
Analisis : Teori Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Jika dikaji dengan pendekatan semiotika Ferdinand de Saussure pada sebuah karya
sastra ini dapat menghasilkan 11 penanda dan petanda didalamnya, yaitu benda
untuk menunjukkan tujuan, sifat tokoh Rakey, nasihat kebaikan, keadaan yang ber-
lawanan, latar belakkang pengarang, motivasi tersirat, majas personifikasi,
solidaritas dan kebersamaan, pesan moral, unsur religius, dan kesederhanaan serta
keasrian alam.
7. Jurnal VII
Judul : Penerapan Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure dalam Pertunjukkan
Kethoprak Ringkes
Object : Pertunjukkan Kethoprak Ringkes
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Pada pementasan ini menunjukkan edukasi tidak hanya sebatas pada fungsi seni
tradisi, tapi juga mengenai kebiasaan-kebiasan yang ada.
8. Jurnal VIII
Judul : ANALISIS MAKNA JILBAB : Pendekatan Analisis Semiotika Ferdinan De
Saussure
Object : Jilbab
Metode : Metode deskriptif kualitatif
Analisis : Teori Ferdinan de Saussure
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa jilbab memiliki ranah yang cukup luas dalam kehidupan
manusia. Selain sebagai simbol suatu identitas diri kereligiusan wanita muslim
jilbab juga merupakan suatu kewajiban, dan sekarang pemaknaan jilbab beraneka
ragam dengan masing-masing latar belakang sosial dan pendidikan. karena peran
jilbab tidak lepas dari life style dengan kelas sosial tertentu dan bentuk trend fashion
bagi masyarakat modernitas.
9. Jurnal IX
Judul : Representasi Pesan Motivasi Dalam Lirik Lagu K-Pop "Beautiful" By NCT
Object : Lagu 'Beautiful" By NCT
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Pada lirik lagu tersirat makna sebuah arti dan sebuah motivasi, bahwa sejak lahir
manusia diciptakan berbeda-beda dengan kelebihan, kekurangan serta keunikan
masing-masing. dengan demikina manusia juga dapat meraih pencapaian sesuai
dengan usaha yang dilakukan, karna kita hanya perlu mencintai dan mengembangkan
diri dan tidak perlu merasa rendah untuk menjalani kehidupan.
10. Jurnal X
Judul : ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURAL PADA IKLAN TOP COFFEE
Object : Iklan Top Coffee
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Berdasarkan analisis semiotika pada iklan Top Coffee, terdapat tan verbal dan visual.
tanda verbal pada iklan tersebut memiliki makna sebuah harapan agar masyarakat
Indonesia dapat merubah konsep yang ada di dalam diri dan beralih minum kopi Top
Coffee. sedangkan konsep visual yang ditampilkan pada iklan dapat dilihat pada
tampilan warna, visualisasi gambar, dan interior ruangan yang ditampilkan pada
iklan.
11. Jurnal XI
Judul : Analisis Semiotika Makna Motivasi Pada Lirik Lagu "Lasakar Peangi" Karya Nidji
Object : Lagu "Laskar Pelangi"
Metode : Metode kualitatif interpretatif
Analisis : Teori Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dapat disimpulkan dari analisis yang sudah dilakukan, bahwa dalam lirik lagu
"Laskar Pelangi" terkandung makna motivasi tentang menggapai mimpi. Dan
dijelaskan juga bahwa motivasi mimpi, angan-angan dan cita-cita merupakan kunci
atau alat yang digunakan untuk membuka harapan.
12. Jurnal XII
Judul : Mencegah Kasus Aborsi Dan Pembuangan Bayi Melalui Video Klip Lagu
"Sempurnakan Hariku" Rey Mbayang (Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure)
Object : Video Klip Lagu "Sempurnakan Hariku"
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Sausuure
Kesimpulan : Secara keseluruhan makna video klip tersebut bercerita tentang perjuangan proses
persalinan anak pertama Rey Mbayang dan Dinda Hauw dari awal proses penuh
dengan kecemasan, pasrah dan sakit hingga setelah lahir berubah menjadi suasana
haru, lega dan bahagia juga bersyukur. sehingga dengan adanya video klip ini ber-
tujuan untuk menyadarkan orang tua di luar sana yang ingin mengaborsi janinnya
atau ingin membuang anaknya bisa tersadar bahwa anak adalah anugerah dari Allah.
13. Jurnal XIII
Judul : Pesan Toleransi Dalam Kartun Animasi Diva The Series (Analisis Semiotika
Ferdinand De Saussure)
Object : Kartun animasi Diva The Series
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dalam kartun animasi Diva The Series terdapat pesan toleransi didalamnya yang
dapat dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari, dimana tokoh Diva sendiri
memiliki karakter yang baik. Ia memiliki nilai toleransi yang tinggi untuk meng-
hormati dan menghargai perbedaan, hal tersebut juga mencerminkan bagaimana
sikap masyarakat Indonesia yang bisa bersikap toleransi terhadap ras, agama dan
budaya yang berbeda-beda.
14. Jurnal XIV
Judul : Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure Terhadap Nilai-nilai Da'wah Pada Film
Nussa dan Rara
Object : Film Nussa dan Rara
Metode : Metode deskriptif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : kosep dalam pembuatan film ini mengangkat islamic thing, serta penulis
menuangkan beberapa konsep ide penggambaran adab dan akhlak yaitu menjelaskan
berkata baik dan sopan, mendoakan yang baik-baik, dan berjuang serta berusaha.
hapan film ini bisa menjadi acuan alternatif dalam pementukan karakter generasi
yang islami, memilki adab dan akhlak mulia dalam keseharian.
15. Jurnal XV
Judul : Representasi Isi Beda Agama Dalam Film 'Cinta Tapi Beda' (2012) : Kajian
Semiotika Ferdinand De Saussure
Object : Film 'Cinta Tapi Beda'
Metode : Metode kualitatif deskriptif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dalam film menjelaskan isu beda agama, diskriminasi agama dan plurarisme agama
yang dapat di analisis melalui tanda Signifier dan Signified oleh Saussure yang di-
representasikan melalui simbol-simbol agama yang berkaitan denga ciri khas agama
itu sendiri, seperti salib, hijab, dan sebagainya.
16. Jurnal XVI
Judul : Representasi Emosional Joker Sebagai Korban Kekerasan Dalam Film Joker 2019
(Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure)
Object : Film Joker 2019
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dari hasil analisis film ini menggambarkan mengenai kerasnya kehidupan seorang
pria bernama Arthur yang kerap kali menjadi korban kekerasan baik secara fisik dan
psikis. Dalam film ini ada pesan yang disampaikan oleh pembuat film, yakni agar
tidak menyakiti orang lain meski mereka terlihar lemah. Karna orang yang lemah
bukan berarti tidak memiliki kekuatan untuk membalasnya.
17. Jurnal XVII
Judul : Representasi Pendidikan Karakter Dalam Film Surau dan Silek (ANALISIS
SEMIOTIK FERDINAND DE SAUSSURE)
Object : Film Surau dan Silek
Metode : Metode deskriptif kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Berdasarkan analisis pada film Surau dan Silek menampilkan beberapa adegan
visual dan teks yang memiliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter
terhadap pemuda.
18. Jurnal XVIII
Judul : Makna Musik Intrumental Dalam Film Horor Danur : I Can See Ghost Dalam
Kajian Semiotika (ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE)
Object : Musik Instrumental Film Danur
Metode : Metode deskriptif kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis, musik instrumental yang terdapat pada film Danur : I Can
See Ghost, tanda yang terdapat pada adegan visual yang dapat dilihat yang
memberika suatu pesan dapat mempengaruhi suasana latar belakang, setting tempat,
dan setting waktu yang memberikan makna kepada penonton mejadi takut ketika
menonton film ini,
19. Jurnal XIX
Judul : Representasi Kemiskinan dalam Film Korea Selatan (ANALISIS SEMIOTIKA
MODEL SAUSSURE PADA FILM PARASITE)
Object : Film Parasite
Metode : Metode kualitatif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Dalam film ini merepresentasikan kemiskinan dengan menggambarkan sebuah
keluarga yang hidup sulit dengan rumah yang kecil, kotor dan sempit, kesulitan
dalam mencari pekerjaan yang layak, tinggal di daerah yang kumuh dan rumah yang
kerap kali terkena banjir. Dan dalam film ini juga menjelaskan adanya perbedaan
atau kesenjangan ekonomi antara keluarga yang satu dan lainnya.
20. Jurnal XX
Judul : Pesan Komunikasi Politik dalam Film Suara April (Analisis Model Semiotika
Ferdinand de Saussure)
Object : Film Suara April
Metode : Metode kualitatif deskriptif
Analisis : Teori semiotika Ferdinand de Saussure
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam film Suara April terdapat tanda-tanda
pesan komunikasi politik secara linguistik baik dalam bentuk verbal dan nonverbal.
Maka dapat disimpulkan bahwa setiap tanda linguistik seperti teks, warna dan simbol
yang memiliki makna menggambarkan tujuan politik calon legislatif.
Komentar
Posting Komentar